Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Rabu, 06 Januari 2010

kepompong

Begitu indahnya seekor kupu-kupu terbang di atas langit biru pada sebuah taman bunga, dengan kepakan sayapnya yang berwarna-warni ada sebagian yang hinggap hendak mengisap sari pada bebungaan yang sedang mekar. Begitulah gambaran betapa indahnya ciptaan Allah yang banyak di gemari manusia. Tapi sadarkah kita bahwa dari manakah kupu-kupu dilahirkan?

Ya, benar kupu-kupu adalah hasil metamorfosis sempurna dari seekor ulat yang barangkali begitu banyak orang jijik melihatnya apalagi, memegang binatang menggelikan ini. Merubah diri disaat waktu yang tepat biasa disebut kepompong dalam waktu tertentu

penulis menganalogikan diatas lantaran dalam hal ini banyak yang dapt kita pelajari, dari pelajaran alam ini sangat perlu kita kaji lebih mendalam, tahap demi tahap perubahan seekor ulat menjijikkan menjadi kepompong yang diam tidak berbuat apa-apa, kemudian menjelma menjadi kupu-kupu yang indah, dan berwarna-warni. begitu banyak hal perlu dirubah jika tidak mau tertinggal kereta. Dalam hidup ini yang terus berputar rodanya, barang siapa yang diam, maka bias terlindas.

Induk melahirkan anak, anak menjadi induk lalu beranak lagi, begitu seterusnya. Sejarah manusia terus berkembang. Begitulah momentum manusia. Dalam ruang lingkup organisasi juga mengalami pergantian pemimpin. Kita ingat saat Soekarno memimpin dengan orde lama-nya tumbang digantikan dengan orde baru oleh Soeharto, kemudian tumbang juga dan berganti dengan reformasi dan seterusnya.

Jadi proses perubahan adalah keniscayaan, dalam hal ini regenerasi adalah sunnatullah. Namun yang menarik disini adalah proses dari regenerasi itu sendiri seperti apa? Seringnya terjadi perebutan, sikut kanan-kiri, chaos dsb. Seolah menjadi hal yang lumrah saat ini. Apakah bangsa ini sudah kehilangan martabatnya sebagai bangsa timur yang selayaknya menjunjung tinggi harkat maratabat, serta menghormati sesama.

Musni Umar, Ketua INSED (Institut For Social Empowerment And Democracy) menuturkan, regenerasi di Indonesia mengalami stagnasi (kemandegan) lantaran Presiden Soeharto di masa orde baru terlalu lama berkuasa sehingga menghabiskan masa satu generasi untuk berkuasa yang mengakibatkan tidak terjadinya sirkulasi kekuasaan dan tidak adanya proses kaderisasi. Menurutnya regenerasi bukan hanya pergantian orang per orang dalam satu generasi, namun pergantian sistem dan institusi politik.

Sementara itu, Mahfudz Siddiq dari FPKS mengatakan regenerasi adalah keniscayaan bagi proses transformasi kehidupan berbangsa dan bernegara. Bahkan regenerasi merupakan sine qua non bagi proses perubahan dan pembaharuan masyarakat menuju puncak harapan dan idealismenya .

Menilik Konsep regenerasi dalam perspektif Islam yang diwacanakan Arwani Syaerozi dalam Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Tunisia bahwa proses regenerasi dan subyek regenerasi.

Proses regenerasi

Regenerasi sudah ditetapakan Allah sejak zaman dulu kala FirmanNya :“ Kemudian kami jadikan kamu pengganti - penggganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka, supaya Kami memeprhatikan bagaimana kamu semua berbuat” (Qs. Yunus : 14).

Makna eksplisit dari ayat diatas adalah penekanan pergantian (regenerasi) terletak pada kualifikasi mutu penerusnya. Kadar keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt yang dijadikan landasan dalam beramal, karena Islam sudah mengatur segala aspek kehidupan. Niscaya jika manusia menjalankannya dengan benar maka suatu bangsa akan sejahtera. Dalam proses regenerasi besar akitannya peran kaderisasi. Dalm sebuah keluarga seorang ibu adalah tumpuan utama bagi pendidikan anak-anaknya. Jadi wanita adalah peran penting dalam pembentukan karakter sebuah regenerasi, kedua adalah warisan, bentuk transformasi tidak hanya materi, terlebih pada warisan ilmu,budaya dsb. Oleh pendahulu (senior) dalam keluarga bias jadi adalah bapak. Ketiga, musyarah : islam mengajarkan system syuro’ dalam satiap pengambilan keputusan dan kebijakan. " Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu " (Qs. Ali `Imran : 159), " Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan bermusyawarah antara mereka " (Qs. As Syuraa : 38).

Subyek atau pelaku regenerasi

Perkataan Umar bin khattab :” jika aku menemui masalah, maka yang aku cari adalah pemuda”

Perkataan Soekarno :”berikanlah aku beberapa pemuda(i), maka akan aku guncangkan dunia.”

Cukup dua perkataan tokoh besar diatas sudah sangat gambling maknanya, adalah pemuda(i) sebagai poros regenerasi, karena pemuda(i) memliki banyak kelebihan, secara fisik adalh masa dimana usia manusia yang paling produktif. Secara aqliyah pemikiran pemuda bias diarahkan, ibarat barang setengah jadi, masih bias dirubah semaunya, menjadi baik atau buruk, bermanfaat atau mudhorot. Maka dari itu bukan saatnya lagi pemuda(i) menengadahkan tangan demi belas kasihan. Pemuda memiliki semangat ayng luar biasa. Disadari atu tidak bahwa masa depoan bangsa 20 tahun lagi terlihat dari pemuda saat ini. Artinya jika pemuda saaat ini mlempem maka bangsa akn terpuruk, tapi jiaka pemudanya bergas lan akas niscaya kan menuai hasil yang baik pula.

Mungkin saat ini kita para pemuda sedang dilanda degradasi segala bidang : moral, etiaka, peradaban. Maka disitulah tantangnya, mampukah kita menhadai ujian berat ini? Perspektif penulis, barangkali inilah masa diaman kita sebagai kepompong, yang sedang terbungkus krisis dimensional, mencoba bertahan denagn terpaan badai jiwa yang keras. Tapi dibalik itu sang kepompong sedang mencerna nutrisi jiwa, otak dan jasadnya untuk bisa menjawab dengan keindahan sayap dan warnanya, sebagai kupu-kupu terbang bebas dengan anggun, setelah sekian lama berproses dalam kawah candradimuka.

Hasan Al Bana Bicara Tentang Pemuda

Sesungguhnya, sebuah pemikiran itu akan berhasil diwujudkan manakala rasa kuat keyakinan kepadanya, ikhlas dalam berjuang dijalannya, semakin bersemangat dalam merealisasikannya, dan kesiapan untuk beramal dan berkorban dalam mewujudkannya.

Seperti keempat rukun ini, yaitu iman, ikhlas, semangat dan amal merupakan karakter yang merekat pada diri pemuda, karena sesungguhnya dasar keimanan itu adalah nurani yang menyala, dasar keikhlasan adalah hati yang bertaqwa, dasar semangat adalah perasaan yang menggelora, dan dasar amal adalah kemauan yang kuat. Itu semua tidak terdapat kecuali pada diri para pemuda. Wallahu’alam bishawab


diterbitkan dlm KAIZEN buletin KAMMI UIN MALANG edisi minggu 1 april 09

Tidak ada komentar: